Suasana akhir pekan ini saya kali ini tergolong istimewa juga, karena lebih berwarna. Selain dari fokus khusus untuk Keanu, saya juga berada pada dua situasi yang sangat berbeda. Pertama, sangat diliputi kesedihan atas adanya musibah jembatan Kartanegara yang runtuh di Tenggarong Kalimantan Timur, dan kedua adalah rasa bahagia peuh syukur atas kedatangan tahun baru Islam 1 Muharram 1433 Hijriyah.
Kedua situasi yang saya hadapi dalam waktu berdekatan tersebut, mampu menunjukkan kesan dan makna yang berbeda pula. Runtuhnya jembatan saya anggap sebagai warna kelabu atau hitam karena diliputi duka dan airmata. Jembatan kebanggan masyarakat Kalimantan yang menghubungkan Tenggarong Samarinda, membantang 710 meter di atas sungai Mahakam tersebut hanya berumur sekitar 10 tahun, sejak selesai dibangun tahun 2001 dan kemudian ambruk pada Sabtu sore (27/11) lalu pukul 16.30 WITA. Data terakhir yang saya ketahui, sudah tercatat 33 orang dilaporkan hilang, dan 40 orang luka-luka.
Hmmm, terbayang ya bloggers kepedihan saudara-saudara kita disana yang menangis karena kehilangan sanak saudara, meringis karena luka, dan miris karena kegiatan transportasi sontak menjadi lumpuh. Tiada manusia yang mengetahui dan menghendaki datangnya bencana, namun kuasa Allah SWT adalah segalanya. Sungguh betapa cepat sesuatu berubah jika Dia telah berkehendak. Hal inilah yang harusnya semakin menyadarkan kita atas segala kelemahan/keterbatasan di hadapan Allah SWT, sehingga kita dapat lebih mawas diri dan hati-hati dalam menjalani amanah kehidupan ini. Itulah makna peristiwa pilu tersebut bagi saya diantara dua pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab, yaitu apakah bencana tersebut merupakan murka (peringatan) Allah karena manusia yang serakah? ataukah hanya sekedar latihan kecil atau ujian dari Allah untuk membuat kita agar lebih takwa kepadaNya? Entahlaaah......
Sementara itu, datangnya 1 Muharram 1433 H yang merupakan tahun baru Islam, saya anggap adalah warna pelangi yang cerah dan menorehkan kesan penuh syukur atas kesempatan umur telah dipertemukan kembali dengan tahun yang baru, sehingga membawa pengharapan besar bagi kemudahan, keberkahan dan kesuksesan berikutnya.
Filosofi tahun baru hijriah yang saya tahu ialah keberanian untuk berhijrah (pindah) dari segala sesuatu yang buruk menuju arah yang lebih baik dan memuliakan. Hal ini juga dapat kita ibaratkan dengan perjumpaan sebuah jembatan membentang yang diisi lalu lintas kendaraan. Jembatan merupakan jalan atau landasan keyakinan (agama) yang dapat membantu kita mencapai tujuan (kebaikan/keburukan), namun jembatan tersebut tidak akan berguna jika kita tidak berusaha untuk melaluinya. Kitalah yang memilih alat/sarana transportasi untuk melintasi jembatan tersebut, melalui kadar kualitas keimanan masing-masing. Tentu kemampuan kendaraan roda empat lebih cepat dari kendaraan roda dua ataupun tanpa roda, sehingga iman yang kuat ditopang dengan ilmu, ibadah dan amalan berharga akan lebih memudahkan kita untuk sampai ke tujuan bermanfaat, begitu pula sebaliknya.
Saya sangat memimpikan agar tahun baru ini bisa lebih indah dengan tercapai segala cita-cita baik. Amiin...Inilah makna sejati tahun baru bagi saya, yaitu disaat kita mampu menilai kapasitas diri dan merumuskan kembali visi, misi serta strategi bagi peningkatan diri selanjutnya.
Finally, dari dua sisi atau rupa moment yang sangat berbeda ini, terangkai doa yang insyaAllah dikabulkan Allah SWT. Semoga saudara-saudaraku di KalTim diberikan kekuatan, ketabahan dan kemampuan besar untuk kembali bangkit menatap mentari dan menata diri, sejalan dengan semangat kita menyongsong tahun baru Hijriyah ini dalam beragam harap akan kesuksesan dan kebahagiaan penuh berkah. Amiin
Happy Islamic New Year 1433 H, may Allah always bless our future.
Wassallam-best regards,
ASM